Tangisan Sang Saka Merah Putih

"Indonesia raya merdeka-merdeka, hiduplah Indonesia raya....."
Sang Saka Merah Putih pun berkibar dengan gagahnya di langit biru, memandang sekeliling lapangan. Semua orang menangis karena bangga bahwa Merah Putih adalah kebanggaan bersama yang harus dijaga. Lalu disisi lain, deretan bendera merah putih yang berukuran lebih kecil dan umbul-umbul berwarna-warna menghiasi setiap halaman di depan rumah. Siang harinya dilanjutkan dengan perlombaan-perlombaan yang diikuti oleh anak-anak. Sebelumnya ada pawai yang diikuti oleh seluruh masyarakat. Semuanya tampak melebur menjadi satu, berbagai kreatifitas ditunjukan pada pak Camat atau pak Bupati di suatu desa tersebut. Semua orang tak ingin menyudahi hari itu, kalaupun lenyap hari itu mereka ingin segera bertemu dengan hari kemerdekaan di tahun berikutnya. 

Sayang seribu sayang, kejadian itu terjadi beberapa tahun silam ketika aku masih kecil dan lugu. Saat ini ketika aku mulai bisa melihat masalah-masalah yang ada, hal yang dirindukan seperti itu seperti sudah lenyap dimakan zaman yang semakin modern. Ketika kebanyakan orang merasa bangga dengan sejarah negeri orang lain, bukan sejarah negeri sendiri semuanya tampak berbeda. Indonesia raya merdeka merdeka hanyalah sebuah umpatan peluh yang mengiris kalbu, semuanya menjadi sunyi senyap seperti malam-malam kelabu saat melawan penjajah dulu. 

Sekarang, lihatlah berapa rumah yang masih setia mengibarkan bendera merah putih diikuti umbul-umbul warna-warninya ? Seberapa ramai pawai-pawai bertemakan kemerdekaan yang diikuti masyarakat ? Jauh berkurang, tidak adakah rasa rindu akan masa itu ? Aku melihat sekeliling, bahkan euforia kemerdekaan yang kuharap begitu ramai tak terdengar gaungnya. Tidak ada semangat dari masyarakat sendiri untuk memperingati hari lahirnya negeri kebanggan Indonesia ini, apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini terjadi ? Semua sibuk memikirkannya, tapi sedikit yang mencari solusinya. Hilangnya rasa nasionalisme adalah cikal bakal runtuhnya persatuan yang dulu dijadikan semboyan para pahlawan dulu untuk menyatukan rakyat. Sehingga penjajah dapat diusir dengan hina dari tanah air tercinta ini.

Apa hendak dikata? Telah nampak jelas di depan mata, inilah kepedihan yang harus kita sadari, yang harus segera kita tahan agar rasa nasionalisme terhadap negeri sendiri bukan hanya sekadar menjadi cerita-cerita sang Ibu pada anaknya kelak. Rasa nasionalisme sangatlah dibutuhkan oleh setiap manusia yang terkumpul dalam suatu negara, lewat rasa nasionalisme maka akan muncul rasa persatuan dimana rakyat akan saling bahu membahu membangun negeri yang tengah sakit ini. 

Esok hari tepat 68 tahun Indonesia merdeka, walaupun pada kenyataannya kita belum seutuhnya merdeka. Tapi inilah negeri kita dengan segala permasalahannya. Esok hari sang Saka akan kembali dikibarkan diseluruh nusantara, akan dihormati secara nyata dihadapan banyaknya masyarakat yang mengikuti upacara. Akankah Ia tersenyum setelah berkibar diatas ? Ataukah Ia akan tetap menangis? Terus menangis hingga diturunkan pada sore harinya ? Bagiku hal tersebut tergantung kita memaknainya. Satu yang selalu kuingat "....marilah kita berseru, Indonesia bersatu ...."

Komentar

Postingan Populer