Surat Untuk Pak Presiden, Menteri Pendidikan Nasional dan 'Manusia' yang telah membuatku 'kesal'






DIMANA KEADILAN ITU?
Asalamualaikum, selamat pagi bapak Presiden serta bapak Menteri Pertanian Nasional yang saya hormati. Saya akan merasa bahagia jika bapak membaca tulisan ini dan saya mengucapkan terimakasih atas waktu bapak yang bersedia membaca tulisan dari anak kampung seperti saya, yang keadaannya tidak pernah dipedulikan,maaf jika tulisan saya mengganggu pikiran bapak, tapi ini saya tulis dari hati saya. Dari hati anak kampung, saya pun bingung ingin bercerita pada siapa mengenai masalah ini.
Hingar bingar sertifikasi dikalangan PNS khususnya guru membuat bapak senang. Bebannya untuk menyekolahkanku sedikit terbantu karena adanya program sertifikasi yang katanya untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Aku mengerti seberapa besar harapan bapak akan uang sertifikasi itu, uang itu tiada lain untuk biayaku kuliah. Aku pun ikut bahagia mendengar kabar itu termasuk mamah yang juga sama bekerja sebagai guru. Namun, rasa kesal, marah dan muak menyeruak dalam hatiku. Bapak tidak lolos sertifikasi. Aku merasa sedih, kenapa bapak tidak mendapatkan sertifikasi? Mamah dan bibiku pun merasa kaget, mengapa ini bisa terjadi? Sebagai anak yang belum tahu banyak akan dunia pekerjaan aku mencerna setiap pembicaraan antara bapak dengan teman-temannya. Aku mencerna setiap bagian yang kurasa sangat ganjal dalam kebijakan pemerintah melaksanakan program serifikasi yang menurutku hanya mem’bodohkan’ guru. Kenapa? Aku tidak merendahkan pekerjaan mulia itu. Yang kurendahkan adalah ‘usaha’ untuk menjadi guru itu. Didaerahku saja untuk menjadi guru, tidak perlu mempunyai otak brilian, yang cukup dipunyai hanyalah sepuluh ‘gepok’ uang seratus ribuan. Maaf, tapi ini memang benar-benar terjadi dan sudah menjadi rahasia umum.
Demi Allah, aku sangat kesal dengan keadaan ini. Aku melihat bapak sangat kecewa. Masalahnya, mereka yang memang masa kerjanya dibawah bapak mendapatkan sertifikasi. Mereka yang umurnya lebih muda juga mendapatkan sertifikasi. Sukwan yang kerjanya hanya baru beberapa tahun namun karena manipulasi masa kerja juga mendapatkan sertifikasi. Apa yang salah ? Ketika pemerintah mengatakan bahwa syarat sertifikasi adalah S1 dan masa kerja sudah lebih dari 20 tahun. Dan semua itu menurutku ‘Palsu’. Apakah pemerintah dapat menjamin semua itu ? Bahkan seorang guru yang tidak pernah mengajar yang kerjanya hanya memancing, dia mendapatkan sertifikasi. Sungguh aku sakit hati akan keadaan ini. Usut punya usut ternyata permainan ‘setan’ sudah dimulai dari kecamatan. Tak perlua kusebutkan dimana daerah tempatku tinggal biar pemerintah yang mencarinya jika memang benar-benar mereka sadar bahwa negara ini sdang mengkhawatirkan apalagi dibidang pendidikan yang merupkan aset utama dalam pembangunan. Permainanya dimulai dari kecamatan sampai kabupaten. Sampai suatu ketika bapak nekat pergi langsung menemui Kementrian Pendidikan Nasional, bapak mengatakan semua yang bapak alami pada pihak Kementerian namun, lagi-lagi aku tidak bisa berkata ‘bagus’ untuk mereka. Mereka hanya bilang”maaf pak, tapi data sertifikasi tahun sekarang sudah masuk dan tidak bisa diganggu gugat”. Setelah sebelumnya mereka berkata,”memang pak pihak daerah memang seperti itu”. Dan yang paling membuatku marah ketika data dilihatkan pada bapak, bapak masih D0. Dimana wewenang pemerintah pusat dalam menindak anak buahnya yang tidak ‘becus’ dalam bekerja? Dan kenapa setelah semua ini terjadi anda, anda, anda semua yang terkait tidak bisa apa-apa? Jika memang ada niat untuk memperbaiki, bagaimana pun caranya perombakan data masih bisa dilakukan. Mengapa ? Mengapa ? apa karena bapak ku tinggal dikampung dan bisa dibohongi ? Mana Hak ? Dimana keadilan untuk bapak? Setelah semua terjadi aku hanya bisa mengelus dada, tidak bisa berkata apa-apa selain mengucapkan, “Indah nian negeriku ini, yang benar salah dan yang salah benar”. Maaf, jika tulisanku membuat sebagian orang merasa terganggu, bukankah dinegeri ini bebas berpendapat? Bukankan setiap anak bangsa bebas mengeluarkan apa yang ingin mereka sampaiakan? Aku hanya anak kampung yang sedang menata kehidupan menjadi manusia baik. Manusia yang tahu etika yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Aku anak dari seorang guru yang telah dianiaya oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab. Aku bicara atas nama Allah untuk memperjuangkan hak bapakku. Kuharapakan keadilan tidak hanya untuk bapakku, tapi bagi semua rakyat Indonesia yang hak-nya digerogti oleh pihak-pihak ‘itu’. Mari berjuang, satukan kekuatan dan raih keadilan bagi diri kita dan orang-orang yang menyayangi kita yang berjuang untuk kita.

Komentar

  1. mba viaaa, mungkin cerita yang sama juga dialami ibuku, seorang abdi yang sudah lebih dari 25 tahun mendarmakan hidupnya untuk mengajar anak-anak negeri. Ibu ternyata belum pantas menerima penghargaan dari pemerintah berupa sertifikasi, padahal kata ibu 'anak-anak ingusan' yang lama pengabdiannya jauuuuh dibawah ibu mendapat sertifikasi dengan mudahnya. ah sudahlah mbak, negeri ini memang semakin lucu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer