Dear Poseidon ... Aku .....

Dear Poseidon....
Barang kali kamu sudah tidak tahan mendengar cerita-ceritaku selama ini, tapi kamu kan Dewa , Dewa pasti punya banyak cadangan kesabaran . Ya, kuyakini itu. Aku mulai mencintai pantai, lewat pantai aku juga dapat bercerita meski tak sama dengan tingginya gunung. Lewat pantai terkadang aku membisikan banyak kabar agar air sampaikan rasa rindu pada sang pemilik rindu. Awalnya aku memang tidak suka pantai, kita hanya dapat menikmatinya saja secara sederhana. tetapi, pantai memberikan kemegahan ketika senja datang. Surya merenung perlahan mulai meninggalkan kita dan kembali ke peraduan, sementara kami terlalu sibuk mengabadikan hingga lupa tak menyapa sebelum ia tenggelam. sama halnya ketika aku songsong munculnya ia diatas ketinggian, yang selalu dipuja kebanyakan orang adalah munculnya sang Surya dengan gagah menyinari bumi ini.

Dear Poseidon ...
Apakah benar jauh dikedalaman adalah surga yang tak sembarang orang dapat melihatnya? Katanya disana kita bisa menari dengan jutaan ikan ? Lalu sapaan ramah terumbu karang? Benarkah itu? Boleh aku sejenak melihatnya? Tapi sayang aku tidak begitu berteman akrab dengan air. Air memberikan kedinginan , air juga yang sempat membawaku beberapa meter dulu. Aku masih khawatir belum bisa berikatan secara mesra dengan air tempatmu. Tapi, ada seseorang yang sering menengokmu.

Dear poseidon...
Ada orang yang begitu mencintai lautmu, masuklah ia kedalam lautmu, dilihatnya ikan-ikan yang bergerombol seakan kompak menunjukkan kemolekannya. Ia selalu tertegun dan ia semakin jatuh cinta pada laut dan dasarnya. Sama sesederhananya ia mencintai lautmu, aku juga mengaguminya sesederhana caraku. Lewat untaian0untaian doa sebagai pengharapan keselamatannya saat ada bersamamu dikedalaman. Satt semua orang diatas tak tahu apa yang ia lakukan. Ia kedalam, masuk kedalam titisan surga yang mega membahagiakan.

Dear Poseidon ...
Aku mulai mencintai pantai, sedang ia lebih dahulu mencintai laut ...
Bogor, September 2014.

Komentar

Postingan Populer