Sajak Kekhawatiran Ayah Bunda

Bising itu semakin sering terdengar
Saat rasa penasaran kembali menghantui nada yang gelisah
Sepenggal surat yang telah kau kirimkan
Tentang rasa rindu akan kampung halaman
Jauh dari kota rantau yang kau rindukan
Disanalah kau memupuk cinta
Tanpa dibaluti rasa iba dan duka
Kau bersuka, kau menyambut bahagia
Rantau adalah perjuanganmu menyibak tabir hidup
Kau mulai tangguh untuk jadi pemuda

Tapi ada satu yang kau lupakan
Tanah dikotamu telah menjadi gedung-gedung mewah
Tempat kau bermain dulu telah musnah
Di tempat yang dulu dibilang desa
Kini telah disulap jadi kota jadi-jadian
Pertanian tak lagi diutamakan
Semua sibuk mempertinggi pusat perbelanjaan
Jalan diperbaiki bukan untuk kemaslahatan kebanyakan
Tetapi hanya untuk jalan masuk ke pusat perbelanjaan

Selokan kecil tempat kau kencing sembarangan
Kini telah dibeton paksa
Ikan-ikannya telah lama hilang
'Mereka mengotori sungai kita'
'Mereka mengambil sawah-sawah kita'
Sebenarnya kami tak mau, Nak
Tetapi 'mereka' mengatasnamakan pemerintah
Katanya telah disetujui dan ada kompensasi
Nyatanya tiada sepeser kami terima
Kami semakin tersudutkan oleh semua ini
Suatu saat datang yang berdasi dari 'mereka'
Baik-baik, Nak
Mereka memberi kami sembako yang tak murah
Tetapi setelah itu mereka memaksa kami melepas halaman rumah
Rumahmu semakin terpinggirkan
Halamannya hanya berjarak satu meter
Tiada lagi tempat untuk berkumpul bersama tetangga

Yang lebih miris, Nak
Sekarang banyak juga asap-asap yang mengganggu pernapasan
Ini lebih kejam dari asap rokok, Nak
Tiap hari mengepul tiada ampun
Kami dipaksa menghirup udara kotor
Sedang hutan disebelah barat juga telah mereka ambil
Kami kembali mengeluh, Nak
Kami tak ingin sok kuat, Nak
Tetapi ini membuat kami dikampung menjadi tersiksa
Padahal dulu udara dipagi hari sangat sejuk kita hisap
Burung-burung yang tak segan hinggap diatap rumah
Kadang ia mendekatimu, lalu kau bilang "hiaaah"
Dan burung itu pergi

Ada rasa iba pada tanah kita, Nak
Semuanya menjadi sulit
Entah siapa yang harus disalahkan?
Pemerintah daerah?
Cukong-cukong sialan itu pandai bermain cakap, Nak
Lah bilang ini adalah kebijakan
Iya ini kebijakan yang menyengsarakan
Tidak ada bahasan relokasi
Yang Ibu dan Bapak dengar hanya kabar tentang polusi
Nak, kami bingung harus berbuat apa
Tiada lagi yang mau menjadi petani
Sedang manusia semakin menjadi-jadi
Banyak yang kelaparan
Tiada bisa berbuat banyak

Ah, itulah kekhawatiran kami Nak
Belum memang semua itu terjadi
Kau masih bocah kecil ingusan
Kau tak mau kan lahan mainmu hilang
Jadilah yang beradab, Nak'
Kau harus cerdas berlaku
Tak usah jadi pembesar, banyak pembesar jadi kepala besar
Jadilah yang bijak
Aduh, Nak ini adalah sajak kekhawatiran
Ibunda dan Ayahandamu
Untuk masa depanmu nanti
( Bogor, 00.57)

Komentar

Postingan Populer